Selasa, 30 September 2014

Mode dalam kamera digital SLR dan fungsinya

Mode dalam kamera digital SLR AUTO = Mode otomatis Kamera akan mengukur cahaya, menginterpretasikannya dan kemudian mengatur setting kamera. Ketika kamera merasa kondisi lingkungan kurang terang, maka kamera akan otomatis menyalakan lampu kilat untuk mengkompensasi kekurangan tersebut. Mode automatis praktis digunakan, tapi kita tidak leluasa mengatur setting-setting kamera, maka itu kita tidak dapat berkreasi secara optimal. Karena itulah mode ini hanya ditujukan oleh pengguna yang awam terhadap fotografi. Di beberapa kamera canggih dan profesional, mode ini tidak ada. P = Program Mode Seperti mode otomatis, kamera akan menentukan setting aperture, shutter speed secara otomatis. Bedanya dengan mode auto adalah, Anda bisa mengubah nilai kombinasi bukaan dan shutter speed. Di mode ini, kamera tidak akan menyalakan lampu kilat meskipun kondisi lingkungan cukup gelap. Kita juga lebih leluasa memilih setting kamera lainnya, termasuk menentukan nilai ISO. A / Av = Aperture priority Di mode ini, kita menentukan besarnya bukaan lensa, dan kamera menentukan shutter speed (kecepatan rana) yang sesuai. Mode ini termasuk mode favorit saya, karena saya bisa menentukan ruang tajam. Contoh, bila saya sedang memotret foto portrait manusia, dan saya ingin latar belakangnya blur, maka saya akan mengunakan bukaan besar seperti f/2.8 atau f/1.4. sedangkan kalau saya sedang memotret foto kelompok atau pemandangan, dan saya ingin semua yang berada dalam foto tajam/fokus, maka saya set bukaan kecil f/8 atau f/16. Bukaan lensa juga menentukan berapa banyak cahaya masuk. Jika saya berada ditempat yang gelap dan memerlukan lebih banyak cahaya, saya akan memperbesar bukaan supaya lebih banyak cahaya masuk. Yang perlu diperhatikan dalam mode ini adalah jika cahaya lingkungan gelap, kamera terpaksa memilih shutter speed yang lambat. Hal ini dapat membuat foto menjadi blur karena kamera bergoyang saat merekam gambar. Untuk itu, solusinya memakai tripod, atau mengkompensasi dengan menaikkan ISO. S /TV = Shutter priority Di mode ini, kita menentukan nilai shutter speed, lalu kamera menentukan bukaan lensa. Setting ini dipakai kalau kita ingin mendapatkan efek freeze (beku) atau efek motion (gerak). Kalau kita set shutter speed cepat seperti 1/500 detik, maka hasilnya gerakan orang atau benda yang sedang bergerak menjadi beku, sebaliknya kalau kita set 1/15 detik atau lebih rendah lagi benda/orang yang bergerak, maka kita akan menangkap motion blur. Teknik ini cocok untuk merekam gerakan air di pantai, gerakan air terjun ataupun merekam cahaya mobil yang lewat di malam hari. Seperti aperture, shutter speed juga mempengaruhi banyak sedikitnya cahaya yang masuk. Masalah yang sering timbul adalah kamera tidak menemukan setting bukaan yang pas. Jika itu terjadi, foto akan gelap atau terlalu terang. Jika kamera memberikan tanda-tanda seperti kedap-kedip, evaluasi lagi nilai shutter speed dan ISO yang digunakan. M = Manual Exposure Di mode ini, kita menentukan setting bukaan, shutter speed secara independen. Kita juga bisa menentukan ISO jika Auto ISO tidak aktif. Manual mode biasa saya pakai kalau memang saya mau mendapatkan hasil foto dengan efek tertentu, contohnya bila saya ingin hasil foto bernuansa gelap (low-key fotografi) jadi hasil akhirnya agak misterius, dramatis. Saya juga pakai manual fokus bila ingin bikin siluet dari sebuah objek. Saya juga sering memakai mode manual ketika kondisi ruangan / lingkungan berganti2 intensitas cahayanya sehingga membingungkan kamera. Contoh seperti di konser, lampunya menyala dengan intesitas dan arah yang berubah-ubah, kadang sangat terang, kadang sangat gelap. Manual juga sering saya pakai kalau kondisi cahaya lingkungan tidak berubah-ubah. Misalnya ketika pertandingan basket sekolah di dalam ruangan. Lampu-lampunyanya konstan. Pada saat tersebut, saya tinggal set aja bukaan, kecepatan dan ISO sebelum pertandingan dimulai. Hasil foto akan konsisten pencahayaannya dan saya dapat memakai mode ini sepanjang pertandingan.

Minggu, 21 September 2014

Tips Cara Menyimpan & Merawat kamera DSLR

Kamera Digital SLR: Tips Cara Menyimpan & Merawatnya 1. Penyimpanan Kamera Menyimpan kamera digital SLR di Indonesia mungkin sedikit berbeda dengan negara lain, hal ini dikarenakan Indonesia adalah negara tropis sehingga kamera lebih rentan oleh serangan jamur pada bagian lensa atau sensor kamera. Suhu terbaik untuk menghindari jamur pada kamera digital SLR adalah ini idealnya adalah 40-60 derajat celcius, maka untuk mendapatkan suhu ideal tersebut adalah kita lakukan adalah menyimpan kamera digital SLR didalam kotak kedap udara. Bila Anda masih belum puas dengan kotak kedap suara, maka gunakanlah dry cabinet electric yang, kotak ini dapat Anda atur suhu kelembabannya. Dan bila Anda sulit menemukan kotak kedap suara untuk kamera ini, ada satu cara yang mudah dan praktis yaitu: menggunakan silica Gel pada pinggiran kotak penyimpanan agar kotak tertutup rapat. Menyimpan kamera digital SLR pada tas kamera untuk waktu yang lama bukanlah hal baik karena suhunya akan lembab walupun tas tersebut Anti jamur sekalipun. 2. Bodi Kamera Membersihkan kamera digital SLR adalah hal yang cukup sederhana untuk dilakukan tetapi terkadang terlupa. Banyak bagian pada bodi kamera yang perlu dibersihkan seperti viewfinder, tombol navigasi. Membersihkan view finder dapat dilakukan dengan menggunakan cotton bud dan sedikit cairan pembersih atau air biasa pun sudah cukup baik, namun jangan terlalu banyak air. Jangan lupa untuk memutar tombol-tombol yang jarang digunakan agar tombol tidak kaku dan membersihkan bagian sela-selanya dengan kuas tipis yang kaku. 3. Lensa Kamera Lensa kamera digital adalah yang tentunya wajib dibersihkan karena selain berharga mahal juga agar fungsi kinerjanya tetap maksimal. Membersihkan lensa kamera sebaiknya dilakukan secara berkala, dan selalu siapkan alat-alat pembersihan lensa (Cleaning kit) seperti blower, lap bersih khusus lensa, kuas halus kecil dan lap kulit agar tiap lensa kotor Anda dapat membersihkannya segera. Untuk bagian permukaan lensa sebaiknya Anda menggunakan lap dengan bahan kulit dan menyeka lensa dengan hati-hati. Lensa yang jarang dipakai dan tersimpan dalam tempat lembab kemungkinan akan menyebabkan jamur, tanyalah kepada toko kamera apakah ada ala-alat khusus untuk membersihkan lensa kamera digital SLR ini yang tidak terjangkau oleh lap saja. 4. Sensor Kamera Kamera digital SLR pastinya memiliki perangkat sensor yang sangat canggih dan letaknya pun sulit dijangkau yaitu pada bagian dalam. Walupun didalam bisa saja sensor kamera ini terkena kotoran saat akan mengganti lensa, maka sebaiknya ketika Anda mengganti lensa pastikan tempat tersebut bebas akan kotoran. Sama seperti lensa kamera untungnya sensor kamera digital SLR memiliki filter sama dengan lensa kamera sehingga kita akan membersihkan filter sensor ini yang butuh dibersihkan dengan rutin dengan cara: - Pastikan mirror lock up aktif agar mirror dalam lensa terbukan ketika akan dibersihkan, umumnya mengaktifkan Mirror lock up dapat dilakukan dari main menu. - Dalam keadaan mirror lock up aktif, lepaslah lensa dan tekan shutter release hingga mirror teragkat dan terlihatlah sensor kamera digital SLR Anda. - Hadapkan kamera digital kebawah dan semprot dengan blower, agar debu langsung jatuh kebawah bukannya masuk kembali ke tempat yang lebih sulit dijangkau. Bila telah selesai langsung matikan kamera. Anda juga dapat mengecek apakah sensor kamera sebenarnya sudah bersih atau masih kotor dengan cara memasang lensa dan atur shutter pada bukaan tertinggi, dan fotolah bidang yang berwarna putih, seperti tembok atau langit, lalu lihatlah dengan seksama gamaber tersebut di komputer. Jika masih kotor silahkan ulangi langkah membersihkan sensor dan dapat dibantu dengan cotton bud yang diberi sedikit sekali air.

Rabu, 17 September 2014

Fungsi-fungsi dari kamera DSLR

Point 1 light path Panah kuning menunjukkan jalan masuk cahaya ke lensa kamera menuju ke view finder dan sensor. Pada saat membidik gambar cahaya akan dibiaskan oleh cermin yang membentuk sudut (3). menuju pentaprism/pentamirror (5) dan diteruskan ke view finder (7). Pantulan sudut yang lain dari cermin akan memantulkan cahaya menuju ke sensor auto focus (8). Point 2 element Lensa Lensa terdiri dari berbagai jumlah elemen yang terbuat dari kaca, plastik, atau bahan lain. bilah-bilah kaca ini tetap di tempat, atau dapat bergerak dalam kaitannya untuk mendapatkan fokus, memperbesar gambar (zooming), atau dalam lensa image stabilized, lensa dapat bergerak untuk mengimbangi gerakan kamera. Point 3 Mirror Mirror adalah komponen yang dapat bergerak membuka dan menutup. Mirror dibuat agar dapat mengarahkan sebagian besar cahaya ke atas menuju view finder dan eksposur meter, dan sebagian cahaya lagi ke bawah menuju komponen auto focus. Point 4 Focus Screen Focus screen akan dilewati cahaya saat membidik gambar, focus screen membantu fotografer untuk menentukan titik focus yang diinginkan. Point 5 pentaprism/pentamirror Komponen optik ini biasanya terbuat dari kaca padat yang disebut pentaprism, atau struktur berongga yang terbuat dari cermin yang disebut pentamirror. Permukaan reflektif membalikkan gambar dari layar fokus lensa yang diterima dari lensa /cermin yang lebih rendah baik lateral dan vertikal, sehingga dapat menghasilkan tampilan pembacaan yang tepat. Point 6 exposure meter Pada kebanyakan kamera dSLR, exposure meter mendeteksi cahaya yang melewati jalan menuju view finder, menggunakan sebuah array dari titik-titik dalam bingkai yang berkisar 12 pixel sampai dengan 2.000 pixel, tergantung pada spesifikasi kamera. Bacaan exposure meter mungkin melibatkan kecerahan, atau menangkap informasi warna hijau/merah/biru untuk memungkinkan kamera membuat keputusan berdasarkan paparan matriks point. Point 7 Viewfinder Jendela optik ini menunjukkan gambar yang ditampilkan pada layar fokus. Termasuk penyesuaian diopter yang memungkinkan sepenuhnya atau sebagian kompensasi untuk pengguna dengan kacamata. Beberapa view finder memiliki shutter yang dapat ditutup untuk menjaga cahaya agar tidak mempengaruhi exposure meter (6). Point 8 autofocus sensor Beberapa cahaya dari lensa dipantulkan ke sensor ini, dengan menggunakan bilah-bilah lensa (biasanya 3-51 bilah, tergantung pada lensa) untuk memisahkan bagian-bagian gambar untuk membentuk titik auto focus atau zona yang berbaris, di range finder, untuk memungkinkan fungsi deteksi auto focus. Point 9 shutter/sensor Tirai vertikal yang dapat membuka (9) berturut-turut untuk menciptakan celah untuk cahaya dari lensa dapat mencapai sensor ketika cermin utama membuka ke atas. Sensor (9,) berisi photo sites peka cahaya yang merekam gambar dan menyebarkannya ke pemrosesan sinyal chip kamera analog-to-digital, dan kemudian ke kartu memori untuk penyimpanan. sumber :http://news.palcomtech

Sabtu, 13 September 2014

JENIS-JENIS MAJAS

1 MAJAS PERBANDINGAN !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas perbandingan Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran. Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja. Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama. Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum) Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit. Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. Contoh:Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Contoh: Indonesia bertanding voli melawan Thailand. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya? Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata. Contoh: Perilakunya seperti ular yang menggeliat. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita. Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. Contoh: Kita bermain ke rumah Ina. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud. Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama. Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut. 2 MAJAS SINDIRAN !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas sindiran Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ? Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya. 3 MAJAS PENEGASAN !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas penegasan Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contoh: Saya naik tangga ke atas. Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat. Eksklamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu. 4 MAJAS PERTENTANGAN !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas pertentangan Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya. Sumber :wikipedia